BAGIAN I : PERSPEKTIF
TEORI SAINS (ILMUWAN)
A. PENDAHULUAN
Firman Allah SWT:
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ﴿الرعد: ٢﴾
Artinya:
“Allah-lah Yang
meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat”. (Q.S. al-Ra’d [13]: 2)
Fakta bahwa al-Qur’an membicarakan fenomena ilmiah yang
belum dipahami untuk tingkat pengetahuan pada masa Rasulullah merupakan
keajaiban tersendiri. Ketika mencoba menegaskan keistimewaan al-Quran, kita
sering menekankan bahwa al-Quran 1.400 tahun yang lalu menyebutkan fakta-fakta
ilmiah yang baru menjadi jelas beberapa tahun belakangan atau kalau tidak baru
pada abad ke-20.
Salah satu fakta yang tidak dapat dicapai melalui pengamatan dan penelitian pada masa Rasulullah, tercantum dalam ayat di atas. Akan tetapi, penemuan ini tidak ditemukan baru-baru ini, namun pada saat turunnya al-Quran tidak ada kesepakatan umum tentang hal ini. Bahkan setelah turunnya al-Quran masih ada yang percaya bahwa dunia ini disangga gunung di puncak-puncaknya.
Salah satu fakta yang tidak dapat dicapai melalui pengamatan dan penelitian pada masa Rasulullah, tercantum dalam ayat di atas. Akan tetapi, penemuan ini tidak ditemukan baru-baru ini, namun pada saat turunnya al-Quran tidak ada kesepakatan umum tentang hal ini. Bahkan setelah turunnya al-Quran masih ada yang percaya bahwa dunia ini disangga gunung di puncak-puncaknya.
Contohnya, dalam Injil baru Amerika, dibuat sebuah gambar untuk
memperlihatkan bagaimana para pengarang Injil membayangkan dunia. Dalam gambar
tersebut, dunia mirip mangkuk terbalik dan disangga oleh tiang-tiang (The New
American Bible, St Joseph’s Medium Size Edition, hh. 4-5). Ibn Abbas (687
Masehi), Mujahid (718 Masehi) dan Ikrimah (733 Masehi) juga percaya akan adanya
tiang-tiang (gunung) yang menyangga langit. Mereka mengatakan bahwa ayat-ayat
al-Quran hanya mengacu pada hal-hal yang kasat mata dan bahwa pada bagian angkasa
yang tidak terlihat oleh mata terdapat tiang yang menyangga langit. Ini pula
anggapan bangsa Babilonia yang meyakini bahwa langit bersentuhan dengan
puncak-puncak gunung.
Pada masa Rasulullah Saw, manusia tidak tahu bahwa bumi berbentuk bulat dan
bahwa jika dua orang melakukan perjalanan ke arah yang berlawanan maka mereka
akan bertemu di satu titik. Oleh karena itu, perdebatan mengenai topik ini
belum dapat dijelaskan secara ilmiah pada masa Rasulullah. Lagi pula pernyataan
gamblang seperti itu akan merusak kepercayaan terhadap Rasulullah, dan
keberatan terhadap anggapan ini akan segera terjadi. Orang-orang yang menuduh
bahwa Nabi Muhammad-lah yang mengarang al-Quran tidak akan dapat menjelaskan
pernyataan itu.
Agar
dapat lebih memahami nilai pernyataan di dalam al-Quran ini, imajinasi kita
harus kembali ke masa Rasulullah dan mencoba untuk menebak pikiran masyarakat
pada masa itu. Al-Quran diturunkan pada masa ketika belum ada pesawat atau
kendaraan, saat bentuk bumi yang sebenarnya belum diketahui, saat belum ada
peta dunia, dan ketika mayoritas bangsa Arab buta huruf. Hal ini untuk
mengingatkan mereka yang mengatakan bahwa kepengarangan al-Quran haruslah
dinisbahkan kepada Rasulullah, atau penulis lain pada masa Rasulullah. Jadi,
jika kita berpikir bahwa pernyataan dalam al-Quran telah disingkapkan pada
situasi tertentu, karakter ajaib dari penjelasannya mungkin mendapat dimensi
berbeda.
B. PENYANGGA LANGIT
Dalam sejarah dunia yang panjang, manusia diuntungkan oleh sifat-sifat
atmosfir dan kelebihan-kelebihannya tanpa menyadari rahasia dibalik anugerah
tersebut. Bagaimana munculnya massa gas ini? Bagaimana kesetabilan ini
dipertahankan? Fakta bahwa langit mempunyai atap yang terpelihara, bahwa ia
memiliki sifat mengembalikan dan memantulkan, bahwa ia terdiri dari
lapisan-lapisan, dan masing-masingnya memiliki fungsi tertentu, dan bahwa
penatalaksanaannya terjadi tanpa ada tiang yang menyangganya, semua ini
menunjukkan keagungan ciptaan Allah.
Penelitian yang dilakukan pada bumi di tata surya membawa kita pada
kesimpulan bahwa tidak ada satupun yang memiliki atmosfir seperti yang
menyelubungi bumi. Cara penciptaannya menyebabkan kehidupan di bumi menjadi ada
merupakan bukti bahwa Allah telah menentukan kehidupan tumbuh di bumi.
Molekul gas yang terdapat di permukaan planet
bergerak dengan kecepatan tinggi. Jika kekuatan gravitasi planet lebih besar
dari gerakan ini, planet akan menarik molekul gas dan permukaan planet akan
menyerapnya. Di lain pihak, jika molekul gas bergerak dengan lebih cepat dan
dapat melepaskan diri dari gravitasi planet, maka mereka akan meneruskan
perjalanannya di luar angkasa. Jadi, baik atmosfer maupun keseimbangannya
ditentukan pada tahap setelah bumi diciptakan. Firman Allah : “Dan langit
telah ditinggikanNya dan Dia ciptakan keseimbangan (Q.S. al-Rahman : 7)
sangat serasi dengan pembentukan langit dan terciptanya keseimbangan setelah bumi terbentuk.
Pembentukan molekul gas dalam bentuk atmosfir dan fiksasinya hanya dimungkinkan oleh
ketentuan dari keseimbangan, yaitu keseimbangan antar gaya gravitasi dari bumi
dan kecepatan molekul gas. Allah membuat keseimbangan yang tepat untuk
meninggikan langit tanpa tiang penyangga. Bagaimanapun, penciptaan ini harus
berpasangan dengan hal-hal yang diperlukan
untuk kesinambungannya.
إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
أَنْ تَزُولَا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ إِنَّهُ
كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا ﴿ فاطر: ٤١﴾
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya
akan lenyap tidak ada seorangpun
yang dapat menahan keduanya selain
Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Penyantun lagi Maha Pengampun.”. (Q.S.
Fathir [35]: 41)
Terciptanya keseimbangan ini bergantung pada keselarasan
dari berbagai hal. Sebagai contoh, keseimbangan panas di permukaan bumi
bergantung pada posisi bumi yang berkaitan dengan matahari, yang pada
gilirannya, akan memengaruhi pergerakan molekul gas. Perputaran bumi merupakan
faktor yang penting terhadap kesamaan panas. Jika terjadi peningkatan
kecepatan, atmosfir akan berhamburan.
Sebaliknya jika kecepatan ini berkurang, keseragaman akan terganggu, karena
atmosfir akan diserap oleh tanah. Untuk mempertahankan atmosfir, perbedaan suhu
antara khatulistiwa dan kedua kutub serta rangkaian pegunungan seperti
Himalaya, Taurus, dan Alpen yang mencegah akibat buruk yang disebabkan aliran
angin juga sangat penting. Rangkaian pegunungan menyebabkan terjadinya pemeliharaan
keseimbangan dengan cara menghambat aliran angin di atas permukaan bumi dan
mengumpulkan udara dingin di ketinggian.
Gas di atmosfer juga memainkan peranan
penting untuk mempertahankan atmosfer. Karbon dioksida, yang proporsinya di
atmosfer sangat kecil, berfungsi untuk menyelimuti bumi seperti selimut, yang
mencegaah kehilangan panas pada malam hari. Dari raison d’etre (alasan
keberadaan) rentang pegunungan sampai ke penciptaan karbon dioksida, dari
besarnya bumi sampai ke posisi matahari, dari kesetimbangan panas di permukaan
bumi sampai ke karakteristik dan kecepatan gas di atmosfer, semuanya dirancang
dengan ketepatan tak bercacat dalam keselarasan sempurna. Atmosfer dapat
berfungsi tanpa melekat pada bumi, tanpa tersebar ke segala arah, berkat belbagai
kondisi yang jumlahnya tak terhingga.
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
﴿الرعد: ٤﴾
Artinya:
“Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti”. (Q.S. al-Ra’d [13] : 4)
[Sumber : Caner Taslaman, Miracle of Quran (Bandung, Mizan : 2010), hal.
111-116]
BAGIAN II : PERSPEKTIF
PENAFSIRAN AYAT (AHLI TAFSIR)
A. TAFSIR LUBAB AL-TAFSIR KARYA IBNU KASIR
Firman Allah SWT:
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ﴿الرعد: ٢﴾
Artinya:
“Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat”. (Q.S. al-Ra’d [13]: 2)
Allah SWT memberitahukan tentang kesempurnaan dan kebesaran kekuasaan-Nya
yang dengan izin dan perintahnya meninggikan langit tampa tiang, bahkan dengan
izin, perintah dan kekuasaan-Nya mengangkat langit dari bumi sampai jarak yang
tidak dapat dicapai dan diketahui bilangan jaraknya. Langit yang terdekat
mengelilingi bumi seluruhnya dan semua yang ada di sekitarnya berupa air dan
udara dari semua arah dan penjuru, tegak di atasnya dari segala sisi secara
merata dan dengan jarak yang sama antara langit dan bumi dari semua arah, yaitu
sejauh perjalanan lima ratus tahun dan tebalnya juga sejauh perjalanan lima
ratus tahun dengan ketebalan seperti itu juga.
Demikian juga halnya dengan langit yang ketiga, keempat, keempat, kelima,
keenam dan ketujuh, sebagaimana firman Allah ﴾ ﴿ اللَّهُ الَّذِي
خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ “Allah
yang telah menciptakan tujuh langit, dan dari bumi seperti itu juga” (Q.S. al-Thalaq [65]) : 12.
Firman-Nya,
﴾ ﴿ بِغَيْرِ عَمَدٍ
تَرَوْنَهَا“tanpa tiang sebagaimana yang kamu lihat”, diriwayatkan dari
Ibnu Abbas, Mujahid, al-Hasan, Qatadah dan lain-lain, mereka mengatakan: “langit
itu mempunyai tiang-tiang, tetapi tidak dapat dilihat”. Iyas bin Mu’awiyah
berkata: “langir di atas bumi itu bagaikan kubah,”maksudnya tampa tiang.
Pendapat diatas (Iyas bin Mu’awiyah) juga diriwayatkan dari Qatadah dan pendapat inilah
yang sesuai dengan susunan kalimat dalam ayat ini, dan makna yang jelas dari
Firman Allah Ta’ala, ﴾ ﴿ وَيُمْسِكُ
السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ إِلَّا بِإِذْنِهِ “Dan Allah menahan langit agar tidak
jatuh ke atas bumi, kecuali dengan izinya” (Q.S. al-Hajj [22]) : 65. Berdasarkan hal tersebut,
maka firman Allah Ta’ala, ﴾ ﴿ تَرَوْنَهَا “sebagaimana yang kalian lihat” adalah penegasan kepada tidak adanya tiang. Maksudnya, langit itu
ditinggikan tampa tiang sebagaimana yang kalian lihat, dan hal ini adalah
kekuasaan yang paling sempurna.
[Sumber : Ibnu Kasir, Lubab al-Tafsir (Bogor, Pustaka Imam Syafi’i :
2002), Jilid 4, hal. 473-474]
B. TAFSIR AL-MISBAH KARYA MUHAMMAD QURAISH SHIHAB
Firman Allah SWT:
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ
عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ﴿الرعد: ٢﴾
Artinya:
“Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat”. (Q.S. al-Ra’d [13]: 2)
Allah SWT yang menurunkan al-Quran. Allah juga yang
meninggikan langit yakni menjadikannya tinggi sejak penciptaannya dalam keadaan
tanpa tiang penyanggah yang dapat kamu lihat dengan mata kepala kamu semua,
atau yang kamu lihat ketiadaannya dengan mata kepala kamu, kemudian Dia
bersemayam di atas ‘Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan antara lain guna
kemaslahatan makhluk. Masing-masing dari matahari dan bulan itu beredar secara
teratur untuk waktu yang telah ditentukan oleh-Nya. Ini setahun dan itu
sebulan, atau hingga waktu yang ditentukan bagi kepunahan matahari dan bulan
serta kehancuran alam raya. Allah mengatur urusan makhluk-Nya baik yang di
langit maupun di bumi. Allah menyiapkan bagi mereka sarana kehidupan ruhani dan
jasmani, menjelaskan ayat-ayat yakni tanda-tanda keesaan dan kebesaran-Nya,
supaya kamu meyakini pertemuan kamu dengan Tuhan kamu.
Firmannya ﴾ ﴿ رَفَعَ السَّمَاوَاتِ “meninggikan langit”, antara lain mengandung makna memisahkannya dari bumi, sehingga matahari
dan bintang-bintang dapat memancarkan cahayanya ke bumi, dan hujan yang ditampung
oleh awan dapat tercurah. Itu semua telah terjadi, dan tidak mungkin akan
terjadi tanpa ada yang mengatur dan mengendalikannya.
Firman-Nya, ﴾ ﴿ بِغَيْرِ عَمَدٍ
تَرَوْنَهَا“tanpa tiang yang kamu lihat”, dalam arti sebenarnya ada tiangnya, tetapi kamu tidak
lihat dengan mata kepala. Tiang tersebut adalah daya-daya yang diciptakan Allah
SWT sehingga tiang ini dapat meninggi dan tidak jatuh ke bumi, tidak juga
planet-planet yang ada di alam raya ini saling bertabrakan.
[Sumber : Muhammad
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta, Lentera Hati : 2002), Volume 6, hal.
536-537]
( SEKIAN )
Masya Allah
BalasHapus