SEMUA KONTEN BLOG INI TELAH DIALIHKAN KE SQ - BLOG >> KLIK DISINI

Senin, 22 Oktober 2012

ALLAH YANG MENINGGIKAN LANGIT TANPA TIANG

BAGIAN I : PERSPEKTIF TEORI SAINS (ILMUWAN)

A.  PENDAHULUAN
Firman Allah SWT:
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ﴿الرعد: ٢﴾
Artinya:
“Allah-lah Yang meninggikan  langit tanpa tiang  (sebagaimana)  yang kamu lihat”. (Q.S. al-Ra’d [13]: 2)
 Fakta bahwa al-Qur’an membicarakan fenomena ilmiah yang belum dipahami untuk tingkat pengetahuan pada masa Rasulullah merupakan keajaiban tersendiri. Ketika mencoba menegaskan keistimewaan al-Quran, kita sering menekankan bahwa al-Quran 1.400 tahun yang lalu menyebutkan fakta-fakta ilmiah yang baru menjadi jelas beberapa tahun belakangan atau kalau tidak baru pada abad ke-20.


Salah satu fakta yang tidak dapat dicapai melalui pengamatan dan penelitian pada masa Rasulullah, tercantum dalam ayat di atas. Akan tetapi, penemuan ini tidak ditemukan baru-baru ini, namun pada saat turunnya al-Quran tidak ada kesepakatan umum tentang hal ini. Bahkan setelah turunnya al-Quran masih ada yang percaya bahwa dunia ini disangga gunung di puncak-puncaknya. 

Contohnya, dalam Injil baru Amerika, dibuat sebuah gambar untuk memperlihatkan bagaimana para pengarang Injil membayangkan dunia. Dalam gambar tersebut, dunia mirip mangkuk terbalik dan disangga oleh tiang-tiang (The New American Bible, St Joseph’s Medium Size Edition, hh. 4-5). Ibn Abbas (687 Masehi), Mujahid (718 Masehi) dan Ikrimah (733 Masehi) juga percaya akan adanya tiang-tiang (gunung) yang menyangga langit. Mereka mengatakan bahwa ayat-ayat al-Quran hanya mengacu pada hal-hal yang kasat mata dan bahwa pada bagian angkasa yang tidak terlihat oleh mata terdapat tiang yang menyangga langit. Ini pula anggapan bangsa Babilonia yang meyakini bahwa langit bersentuhan dengan puncak-puncak gunung.
Pada masa Rasulullah Saw, manusia tidak tahu bahwa bumi berbentuk bulat dan bahwa jika dua orang melakukan perjalanan ke arah yang berlawanan maka mereka akan bertemu di satu titik. Oleh karena itu, perdebatan mengenai topik ini belum dapat dijelaskan secara ilmiah pada masa Rasulullah. Lagi pula pernyataan gamblang seperti itu akan merusak kepercayaan terhadap Rasulullah, dan keberatan terhadap anggapan ini akan segera terjadi. Orang-orang yang menuduh bahwa Nabi Muhammad-lah yang mengarang al-Quran tidak akan dapat menjelaskan pernyataan itu.

Agar dapat lebih memahami nilai pernyataan di dalam al-Quran ini, imajinasi kita harus kembali ke masa Rasulullah dan mencoba untuk menebak pikiran masyarakat pada masa itu. Al-Quran diturunkan pada masa ketika belum ada pesawat atau kendaraan, saat bentuk bumi yang sebenarnya belum diketahui, saat belum ada peta dunia, dan ketika mayoritas bangsa Arab buta huruf. Hal ini untuk mengingatkan mereka yang mengatakan bahwa kepengarangan al-Quran haruslah dinisbahkan kepada Rasulullah, atau penulis lain pada masa Rasulullah. Jadi, jika kita berpikir bahwa pernyataan dalam al-Quran telah disingkapkan pada situasi tertentu, karakter ajaib dari penjelasannya mungkin mendapat dimensi berbeda.


B.  PENYANGGA LANGIT
Dalam sejarah dunia yang panjang, manusia diuntungkan oleh sifat-sifat atmosfir dan kelebihan-kelebihannya tanpa menyadari rahasia dibalik anugerah tersebut. Bagaimana munculnya massa gas ini? Bagaimana kesetabilan ini dipertahankan? Fakta bahwa langit mempunyai atap yang terpelihara, bahwa ia memiliki sifat mengembalikan dan memantulkan, bahwa ia terdiri dari lapisan-lapisan, dan masing-masingnya memiliki fungsi tertentu, dan bahwa penatalaksanaannya terjadi tanpa ada tiang yang menyangganya, semua ini menunjukkan keagungan ciptaan Allah.
Penelitian yang dilakukan pada bumi di tata surya membawa kita pada kesimpulan bahwa tidak ada satupun yang memiliki atmosfir seperti yang menyelubungi bumi. Cara penciptaannya menyebabkan kehidupan di bumi menjadi ada merupakan bukti bahwa Allah telah menentukan kehidupan tumbuh di bumi.
Molekul gas yang terdapat di permukaan planet bergerak dengan kecepatan tinggi. Jika kekuatan gravitasi planet lebih besar dari gerakan ini, planet akan menarik molekul gas dan permukaan planet akan menyerapnya. Di lain pihak, jika molekul gas bergerak dengan lebih cepat dan dapat melepaskan diri dari gravitasi planet, maka mereka akan meneruskan perjalanannya di luar angkasa. Jadi, baik atmosfer maupun keseimbangannya ditentukan pada tahap setelah bumi diciptakan. Firman Allah : “Dan langit telah ditinggikanNya dan Dia ciptakan keseimbangan (Q.S. al-Rahman : 7) sangat serasi dengan pembentukan langit dan terciptanya  keseimbangan  setelah  bumi  terbentuk. Pembentukan  molekul gas dalam bentuk  atmosfir  dan fiksasinya hanya dimungkinkan oleh ketentuan dari keseimbangan, yaitu keseimbangan antar gaya gravitasi dari bumi dan kecepatan molekul gas. Allah membuat keseimbangan yang tepat untuk meninggikan langit tanpa tiang penyangga. Bagaimanapun,  penciptaan  ini  harus   berpasangan   dengan  hal-hal  yang  diperlukan untuk kesinambungannya.

إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَنْ تَزُولَا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا ﴿ فاطر: ٤١﴾
Artinya:
“Sesungguhnya  Allah  menahan langit dan bumi  supaya jangan lenyap; dan sungguh  jika  keduanya  akan  lenyap tidak  ada  seorangpun  yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya  Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”. (Q.S. Fathir [35]: 41)
Terciptanya keseimbangan ini bergantung pada keselarasan dari berbagai hal. Sebagai contoh, keseimbangan panas di permukaan bumi bergantung pada posisi bumi yang berkaitan dengan matahari, yang pada gilirannya, akan memengaruhi pergerakan molekul gas. Perputaran bumi merupakan faktor yang penting terhadap kesamaan panas. Jika terjadi peningkatan kecepatan,  atmosfir akan berhamburan. Sebaliknya jika kecepatan ini berkurang, keseragaman akan terganggu, karena atmosfir akan diserap oleh tanah. Untuk mempertahankan atmosfir, perbedaan suhu antara khatulistiwa dan kedua kutub serta rangkaian pegunungan seperti Himalaya, Taurus, dan Alpen yang mencegah akibat buruk yang disebabkan aliran angin juga sangat penting. Rangkaian pegunungan menyebabkan terjadinya pemeliharaan keseimbangan dengan cara menghambat aliran angin di atas permukaan bumi dan mengumpulkan udara dingin di ketinggian. 
Gas di atmosfer juga memainkan peranan penting untuk mempertahankan atmosfer. Karbon dioksida, yang proporsinya di atmosfer sangat kecil, berfungsi untuk menyelimuti bumi seperti selimut, yang mencegaah kehilangan panas pada malam hari. Dari raison d’etre (alasan keberadaan) rentang pegunungan sampai ke penciptaan karbon dioksida, dari besarnya bumi sampai ke posisi matahari, dari kesetimbangan panas di permukaan bumi sampai ke karakteristik dan kecepatan gas di atmosfer, semuanya dirancang dengan ketepatan tak bercacat dalam keselarasan sempurna. Atmosfer dapat berfungsi tanpa melekat pada bumi, tanpa tersebar ke segala arah, berkat belbagai kondisi yang jumlahnya tak terhingga.

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ ﴿الرعد: ٤﴾
Artinya:
“Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti”. (Q.S. al-Ra’d [13] : 4)
[Sumber  : Caner  Taslaman,  Miracle of Quran (Bandung, Mizan : 2010), hal. 111-116]

BAGIAN II : PERSPEKTIF PENAFSIRAN AYAT (AHLI TAFSIR)

    A.  TAFSIR LUBAB AL-TAFSIR KARYA IBNU KASIR
Firman Allah SWT:
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ﴿الرعد: ٢﴾
Artinya:
“Allah-lah  yang meninggikan langit  tanpa tiang  (sebagaimana) yang  kamu lihat”. (Q.S. al-Ra’d [13]: 2)

Allah SWT memberitahukan tentang kesempurnaan dan kebesaran kekuasaan-Nya yang dengan izin dan perintahnya meninggikan langit tampa tiang, bahkan dengan izin, perintah dan kekuasaan-Nya mengangkat langit dari bumi sampai jarak yang tidak dapat dicapai dan diketahui bilangan jaraknya. Langit yang terdekat mengelilingi bumi seluruhnya dan semua yang ada di sekitarnya berupa air dan udara dari semua arah dan penjuru, tegak di atasnya dari segala sisi secara merata dan dengan jarak yang sama antara langit dan bumi dari semua arah, yaitu sejauh perjalanan lima ratus tahun dan tebalnya juga sejauh perjalanan lima ratus tahun dengan ketebalan seperti itu juga.
Demikian juga halnya dengan langit yang ketiga, keempat, keempat, kelima, keenam dan ketujuh, sebagaimana firman Allah ﴿ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ “Allah yang telah menciptakan tujuh langit, dan dari bumi seperti itu juga” (Q.S. al-Thalaq [65]) : 12.
Firman-Nya, ﴿ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا“tanpa tiang sebagaimana yang kamu lihat”, diriwayatkan  dari Ibnu Abbas, Mujahid, al-Hasan, Qatadah dan lain-lain, mereka mengatakan: “langit itu mempunyai tiang-tiang, tetapi tidak dapat dilihat”. Iyas bin Mu’awiyah berkata: “langir di atas bumi itu bagaikan kubah,”maksudnya tampa tiang.
Pendapat diatas (Iyas bin Mu’awiyah) juga  diriwayatkan dari Qatadah dan pendapat inilah yang sesuai dengan susunan kalimat dalam ayat ini, dan makna yang jelas dari Firman Allah Ta’ala, ﴿ وَيُمْسِكُ السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ إِلَّا بِإِذْنِهِ “Dan Allah menahan langit agar tidak jatuh ke atas bumi, kecuali dengan izinya” (Q.S. al-Hajj [22]) : 65. Berdasarkan hal tersebut, maka firman Allah Ta’ala, ﴿ تَرَوْنَهَا “sebagaimana yang kalian lihat” adalah penegasan kepada tidak adanya tiang. Maksudnya, langit itu ditinggikan tampa tiang sebagaimana yang kalian lihat, dan hal ini adalah kekuasaan yang paling sempurna.
[Sumber  : Ibnu  Kasir,  Lubab al-Tafsir (Bogor, Pustaka Imam Syafi’i : 2002), Jilid 4, hal. 473-474]

    B. TAFSIR AL-MISBAH KARYA MUHAMMAD QURAISH SHIHAB
Firman Allah SWT:
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ﴿الرعد: ٢﴾
Artinya:
“Allah-lah  yang  meninggikan  langit tanpa  tiang (sebagaimana)  yang kamu  lihat”. (Q.S. al-Ra’d [13]: 2)
 Allah SWT yang menurunkan al-Quran. Allah juga yang meninggikan langit yakni menjadikannya tinggi sejak penciptaannya dalam keadaan tanpa tiang penyanggah yang dapat kamu lihat dengan mata kepala kamu semua, atau yang kamu lihat ketiadaannya dengan mata kepala kamu, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan antara lain guna kemaslahatan makhluk. Masing-masing dari matahari dan bulan itu beredar secara teratur untuk waktu yang telah ditentukan oleh-Nya. Ini setahun dan itu sebulan, atau hingga waktu yang ditentukan bagi kepunahan matahari dan bulan serta kehancuran alam raya. Allah mengatur urusan makhluk-Nya baik yang di langit maupun di bumi. Allah menyiapkan bagi mereka sarana kehidupan ruhani dan jasmani, menjelaskan ayat-ayat yakni tanda-tanda keesaan dan kebesaran-Nya, supaya kamu meyakini pertemuan kamu dengan Tuhan kamu.
Firmannya ﴿ رَفَعَ السَّمَاوَاتِ “meninggikan langit”, antara lain mengandung makna memisahkannya dari bumi, sehingga matahari dan bintang-bintang dapat memancarkan cahayanya ke bumi, dan hujan yang ditampung oleh awan dapat tercurah. Itu semua telah terjadi, dan tidak mungkin akan terjadi tanpa ada yang mengatur dan mengendalikannya.
Firman-Nya, ﴿ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا“tanpa tiang yang kamu lihat”, dalam arti sebenarnya ada tiangnya, tetapi kamu tidak lihat dengan mata kepala. Tiang tersebut adalah daya-daya yang diciptakan Allah SWT sehingga tiang ini dapat meninggi dan tidak jatuh ke bumi, tidak juga planet-planet yang ada di alam raya ini saling bertabrakan.
[Sumber  : Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta, Lentera Hati : 2002), Volume 6, hal. 536-537]

( SEKIAN )

1 komentar:

Komentar

Search In

SEMUA KONTEN BLOG INI TELAH DIALIHKAN KE SQ - BLOG >> KLIK DISINI
"Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu; Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu". Silahkan lihat-lihat, baca, copy-paste or lainnya pada blog ini ! [Terima kasih atas kunjungannya]