Oleh: Hasrul
Segala
pancaran pikiran, perasaan, kepercayaan dan kenyakinan baik yang logis
maupun yang tidak logis, yang konsisten maupun yang acak, yang disengaja
maupun yag tidak, yang manusiawi maupun yang hewani itu menjadi sejarah
yang mencatat maju mudurnya tingkat realisasi diri amnusiawi. Maka bisa
dipahami juga, pada tingkat yang canggih dan rumit, kombinasi
menyeluruh dari ekspresi pikiran, perasaan, kepercayaan dan kenyakinan
manusia dalam bentuk isyarat, bahasa dan konsep itu menemukan
perwujudannya dalam bentuk Ilmu, Teknologi dan Religi.
Mahasiswa Institut PTIQ Jakarta
Ushluddin_Tafsir Hadis
Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural Determinism.
Menurut
Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius serta segala ragam intelektual dan
artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Hal ini menunjukkan
bahwa kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Menurut
Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat dipahami bahwa suatu kebudayaan
memuat ragam kompleks aktivitas masyrakat. Untuk analisis ini, diperoleh
pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu pola masyarakat yang
telah dibakukan yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia. Dalam
praktiknya, kebudayaan nampak konkrit namun hakikatnya bersifat
abstrak.
Muatan
perwujudan kebudayaan meliputi benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain yang kesemuanya ditujukan
untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Karya
dan kompleks prilaku manusia dalam rangka realisasinya dirinya meliputi
Karya pikir, karya ekspresi emosi dan karya perbuatan. Koentjaraningrat
membedakan 3 wujud dari hasil karya manusia: (1) Kompleks dari gagasan,
nilai-nilai, norma-norma dan semacamnya; (2) Kompleks kelakuan dalam
masyarakat; dan (3) Benda-benda hasil karya manusia.
Secara
umum, bentuk karya manusia mencakup beberapa hal, yaitu: a) Karya yang
berbentuk maupun yang tidak berbentuk; (b) Karya yang berbentuk yang
bisa dilihat tetapi tidak bisa dipegang; (c) Karya yang bisa dilihat dan
bisa dipegang; dan (d) Karya yang kasat indra.
Kebudayaan
itu mencakup segala aspek kehidupan manuasia yang aneka ragam yang
tidak niscaya hanya logis, etis, estetis, maupun koheren atau konsisten
belaka. Dalam kebudayaan, segala yang logis, etis, estetis maupun
koheren atau konsisten itu berdampingan atau bisa juga berbaur menjadi
satu dengan yang tidak logis, tidak etis, tidak estetis inkoheren dan
tidak konsisten. Kenyataan ini, membuktikan bahwa kebudayaan yang
dihasilkan manusia itu tidak hanya manusiawi belaka, tetapi juga sarat
dengan paradoks yang bisa bertentangan dengan kemanusiannya sendiri.
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak. Gagasan (Wujud ideal), Wujud
ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang
sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini
terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat.
Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk
tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan
buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
Aktivitas (tindakan), Aktivitas
adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem
sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia
lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati
dan didokumentasikan.
Artefak (karya), Artefak
adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda
atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya
paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan
kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa
dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud
kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas)
dan karya (artefak) manusia.
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama: Kebudayaan material, Kebudayaan
material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.
Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat,
perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga
mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion
olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan nonmaterial,
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan
dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan
lagu atau tarian tradisional.
Jakarta, 5 Juli 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar